Novel Gautama Byakta : 20. Ingin

Novel-Gautama-Byakta-20-Ingin


Dan sa'at itu, aku tersadar bahwa kita sepertinya tidak diizinkan untuk bersatu.

Novel Gautama Byakta

****


Malam berganti siang dan siang berganti malam siklusnya seperti itu, dibalik itu semua sang pencipta lah yang mengendalikan, lalu bagaimana dengan sebuah perasaan? Bukankah sang pencipta juga yang menentukan, kapan sa'atnya jatuh cinta dan kapan sa'atnya terluka. Jika takdir tidak berpihak pada keinginan mu maka itulah takdir dari sang pencipta yang terbaik untukmu, tidak semua hal harus sesuai dengan keinginan dirimu.

Gadis yang sedang bersenandung riang dengan beberapa tangkai bunga dalam genggamannya, menari-nari mengikuti irama lagu yang mengalun indah dari headphone miliknya lagu dari film Bollywood Man1999 Chaha Hai Tujhko. Gadis itu terus menari menikmati alunan musik yang membuat dirinya teringat tentang kehidupannya, yang harus terus menerus berhadapan dengan perpisahan.

Tanpa gadis itu sadari ada sepasang mata yang terus mengawasi gadis itu, seraya tersenyum dan menyilangkan kedua tangannya, menatap gadis itu seraya tersenyum. Hingga bait terakhir gadis itu selesai menikmati alunan musik dirinya tersadar bahwa sa'at ini bukan dirinya saja yang berada dalam toko miliknya, melainkan ada sosok pria yang tengah menatap ke arahnya.

"Saya baru tau kamu pencinta Bollywood" ujar Gautama seraya melangkah mendekati Geya yang sedang terpaku seraya menggenggam bunga mawar berwarna pink. Setelah ada dihadapan sang gadis, Gautama kembali berucap

"Bukankah bunga ini sama seperti bung yang kamu berikan pada saya sa'at kita pertama kali bertemu" ujar Gautama seraya mensejajarkan tinggi tubuhnya pada sang gadis yang ada dihadapannya tengah terpaku, "Hei" ucap Gautama kembali seraya melambaikan tangannya pada wajah Geya, hal itu membuat Geya kembali tersadar dari keterkejutannya....

"Iya Auta, ada hal apa kamu datang kesini?" Tanya Geya, melangkahkan kakinya menuju ruangan kasir dan diikuti Gautama

"Saya hanya ingin melihat-lihat, sudah lama sekali saya tidak menginjakan kaki saya di toko ini"

"Iya, karena kesibukanmu"

"Bukan, karena kamu yang tidak ingin bertemu dengan saya" cetus Gautama, membuat Geya menghentikan aktivitas nya yang tengah memasukkan bunga kedalam vas bunga miliknya. Gadis itu berfikir bahwa pria itu sudah melupakan masalah itu, nyatanya tidak.

"Bukankah sudah ada titik terang dari semua itu?" Tanya Geya seraya berjalan menghampiri Gautama yang tengah mendudukkan dirinya di sopa yang berada dalam ruangan kasir Geya

"Pihak kepolisian tengah menyelidiki kasusnya. Mara, masih menyimpan semua bukti teror dari Tari?"

"Iya, masih ada dalam rumah itu. Aku menyimpannya dengan baik"

"Baguslah, bagaimana pun Tari harus tetap menjalankan hukuman, apapun yang terjadi" ujar Gautama, terlihat dari sorot matanya menyimpan luka, bahagia dan kekecewaan.
Bagaimana tidak, perjuangannya mendapatkan keadilan sejak beberapa tahun berakhir dengan membuahkan hasil. Dan yang membuat dirinya terluka dan kecewa adalah ketika kedua orang tuanya merenggut nyawa karena ambisi seseorang, sehingga meninggalkan dirinya bersama pak Tua, menikmati hari-hari dengan rasa sunyi, sepi dan hampa. Hingga takdir mempertemukan dirinya dengan seorang gadis memberikannya setangkai bunga mawar berwarna pink, perlahan membuat kehidupanya menjadi berubah berwarna.


"Mara, bolehkah saya meminjam bahu mu sebentar? Saya lelah dan membutuhkan sandaran" kata Gautama, memalingkan wajahnya menatap Geya yang berada di sampingnya.

"Kemarilah" ujar Geya seraya menepuk pelan bahunya. Lagu yang sempat terhenti, kembali berbunyi masih sama mengalunkan suara dari seorang pria dan wanita, lagu yang sempat Geya dengar sebelumnya, Chaha Hai Tujhko. Posisi dirinya dengan Gautama sa'at ini benar-benar sangat sinkron dengan lirik lagu.

Mereka adalah dua insan yang sedang dilanda gundah gulana tentang takdir dan perasaan mereka. Meskipun senyuman seringkali terpatri dari wajah kedua insan tersebut, namun dibalik itu semua mereka berdua menyimpan semua rasa yang menjadi satu. Siapa sangka jika saling jatuh cinta dan rasanya terbalaskan itu indah, buktinya tidak dengan mereka yang justru seakan rasa jatuh cinta tersebut melanggar ketetapan dari sang pencipta.


****


"Auta, besok nanti ajaklah Mara untuk bertemu dengan pengacara keluarga kita. Membahas perihal tentang kasus Tari" ucap Pramudya yang sa'at ini tengah menikmati makanan bersama sang cucu. Yang hanya mendapatkan respon anggukan kepala dari sang cucu, melihat hal itu Pramudya mengerutkan keningnya tak biasanya raut murung dari sang cucu yang secara terang-terangan di perlihatkan padanya, biasanya hanya ada gaya angkuh dari sang cucu padanya.

"Besok, aku akan meminta Mara untuk bertemu kita di kafe depan toko bunga milikinya. Selamat malam Kakek, aku akan tidur terlebih dahulu" ujar Gautama, beranjak bangkit dan melenggang pergi meninggalkan sang Kakek yang masih ada di ruang meja makan. Pria itu tidak terlalu peduli jika sang Kakek akan memberikan aksi protes atas perilakunya, sa'at ini dirinya hanya membutuhkan ketenangan. Ketika semua memori-memori percakapan sore tadi bersama sang gadis kembali terputar.


Flashback

Gautama mengerjapkan matanya, ia melihat sekeliling yang tampak terlihat tak asing bagi dirinya. Sa'at sepenuhnya tersadar Gautama baru mengingat setelah dirinya selesai bekerja dia memutuskan pergi untuk menemui sang gadis pemilik toko bunga ini, hingga dirinya yang tertidur di sini. Sa'at mengedarkan arah pandangnya mencari-cari sosok gadis pemilik toko. Hingga decitan suara pintu membutakannya seketika menolehkan kepalanya pada seseorang yang tengah membawa dua cup yang tertulis nama minuman tersebut.

"Minumlah, minuman ini cukup menyegarkan tubuhmu kembali. Pasti melelahkan bukan? Membagi pemikiran dengan berbagai hal." Kata Geya mengambil alih tempat duduk disamping sang pria

"Mara, apakah kita akan berpisah?" Tanya Gautama tiba-tiba membuat Geya menatap bingung ke arah Gautama.

"Auta, apa maksudmu?" Jawab Geya seraya mengajukan pertanyaan kembali pada Gautama

"Mara, saya hanya bertanya padamu. Mengapa respon darimu seperti itu?" Tanya Gautama seraya terkekeh, terlebih lagi ketika mengingat ekspresi dari gadis yang ada dihadapannya ini, lucu pikirnya.

"Apakah kamu ingin berpisah denganku? Jika iya, maka akan aku lakukan" ucap Geya membuat memalingkan wajahnya pada gadis yang ada di sampingnya sa'at ini.

Dia hanya memberikan pertanyaan yang bertujuan bercanda, akan tetapi mengapa gadis yang ada di sampingnya ini justru menganggap pertanyaan itu adalah pertanyaan serius dari dirinya.

"Tidak akan ada perpisahan diantara kita Ra, sekalipun ketetapan dari sang pencipta yang harus saya langgar." Ujar Gautama dengan nada penuh ketegasan.


****


Ketika mengingat percakapan dirinya dengan sang gadis, membuat rasa sesak memenuhi relung hatinya.
Tidak ada yang menginginkan perpisahan dengan seseorang yang dicintainya, siapapun itu tidak ingin dilakukan oleh mereka yang benar-benar menggunakan hatinya untuk jatuh cinta. Dan perihal ketetapan yang harus dilanggar, Gautama bisa saja akan tetapi bagaimana dengan sang gadis. Ketika dia ingin memilih bersatu dengan sang gadis, hanya saja fakta membuatnya mengurungkan niatnya itu. Entah sampai kapan dirinya menunggu sang gadis beranjak dewasa, mengingat mereka yang terpaut jarak cukup jauh, 12 Tahun antara dirinya dengan sang gadis. Membuatnya tersadar tidak seharusnya rasa itu ada, hanya saja dirinya bukanlah penentu untuk perasaannya. Justru perasaan itu tumbuh dengan sendirinya, membuatnya benar-benar dibingungkan apakah harus memilih sang gadis dan melanggar ketetapan atau dia memilih ketetapan dan meninggalkan sang gadis. Semesta? Bolehkah dirinya untuk sa'at ini menikmati detik-detik terakhirnya bersama sang gadis, sebelum sang pencipta memisahkan dirinya dari sang gadis dirinya benar-benar tidak rela jika harus dipisahkan oleh sang gadis, apa jadinya jika hal itu terjadi membuat kehidupanya kembali sunyi, sebelum keberadaan gadis itu ada dalam kehidupannya.




Baca Juga :

1. Novel Gautama Byakta Episode 1

2. Novel Gautama Byakta Episode 2

3. Novel Gautama Byakta Episode 3

4. Novel Gautama Byakta Episode 4

5. Novel Gautama Byakta Episode 5

6. Novel Gautama Byakta Episode 6

7. Novel Gautama Byakta Episode 7

8. Novel Gautama Byakta Episode 8

9. Novel Gautama Byakta Episode 9

10. Novel Gautama Byakta Episode 10

11. Novel Gautama Byakta Episode 11

12. Novel Gautama Byakta Episode 12

13. Novel Gautama Byakta Episode 13

14. Novel Gautama Byakta Episode 14



18. Novel Gautama Byakta Episode 18

19. Novel Gautama Byakta Episide 19

























G a u t a m a B y a k t a



Belum ada Komentar untuk "Novel Gautama Byakta : 20. Ingin "

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel