Novel Gautama Byakta : 7. Denganmu

 


Dari Luluh Khai Bahar aku menyadari bahwa lirik lagu tersebut sama seperti dirimu yang pergi meninggalkan ku, lalu kembali tanpa adanya penyesalan darimu.

Gautama Byakta

****


"Kakek, boleh aku bertanya?"

"Tanyakan saja apa yang ingin kamu ketahui tentang Auta" ucap Pramudya seraya tersenyum

"Auta senang hidup sendiri? Melihat jarang sekali aku bertemu dengan kedua orang tuanya"

"Kedua orang tuanya telah meninggal saat tragedi kecelakaan pada beberapa tahun lalu, hingga membuat Auta memutuskan untuk hidup tanpa bantuan dari siapapun. Dibalik sikapnya yang seperti itu, dirinya menyimpan luka yang cukup dalam, disaat orang terkasihnya satu persatu meninggalkan dirinya. Hingga membuatnya menjadi pria yang sulit untuk mengungkapkan apa yang dirasakannya." Ucapannya terhenti, ia ingin melihat sejauh mana sang gadis tertarik dengan kehidupan cucunya itu.

"Lalu Kek"

"Mara, sa'at ini kamulah perempuan yang berada dekat dengan Auta, apakah kamu memiliki perasaan terhadap Auta?"

Mendengar pertanyaan dari pria paruh baya yang berada di hadapannya saat ini membuatnya seketika langsung terdiam sejenak, ia tidak tau apa yang ia rasakan, rasa ketidak jelasan yang kerap menghampirinya ketika dirinya terlibat dengan sang pria.

"Boleh aku berkata, bahwa perasaan abstrak yang kerap aku rasakan saat bersamanya. Jika itu adalah perasaan cinta, apakah pantas gadis seperti ku mendapatkan cinta? Ketika mereka menginginkan kematianku sedari dulu" ujar Geya, mengalihkan pandangannya menatap langit yang terlihat cerah hari ini, berbeda dengan perasaannya yang tiba-tiba mendung.

"Pengampunan seperti apa yang akan mereka dapatkan, jika mereka membunuh seorang gadis yang manis sepertimu" ujar Pramudya seraya menatap lekat ke arah Geya yang tengah menatap awan seraya tersenyum kecut, seperti ada goresan luka yang dalam, dalam senyuman itu.

Di sisi lain Gautama yang baru saja terbangun dari tidurnya, di kejutkan dengan keberadaan sang pelayan rumah yang melintas dari arah dapur seraya membawa dua cangkir teh dengan satu piring berukuran sedang yang berisi cemilan Lokum, yang kerap di kenal dengan nama Turkish delight. Cemilan khas Turki yang dibawakan oleh Kakeknya kemarin malam.

"Bi, untuk siapa semua itu?" Tanya Gautama pada pelayanan rumah yang mengentikan langkahnya seketika

"Untuk Tuan Pramudya dan seorang Gadis yang sedang berbicara dengannya di halaman belakang rumah. Mari Tuan, saya permisi" ucapanya mendapatkan anggukan dari Gautama.

Mendengar apa yang dikatakan sang Bibi membuatnya penasaran, siapa gadis yang dimaksud oleh bibinya itu. Apakah gadis itu adalah kekasih dari Kakeknya? Bukankah seharusnya bagus itu berarti sang Kakek tidak akan mencampuri kehidupanya, jika mereka meminta restu pada dirinya, ia akan merestui mereka berdua. Ia putuskan untuk menemui kakeknya dengan seorang gadis yang entah siapa dirinya, ia akui pesona Pramudya banyak sekali memikat hati para wanita, "ah sang pria tua yang akan mendapatkan keberuntungan" pikirnya.

Sesampainya Gautama dihalaman, ternyata memang benar Kakeknya sedang bersama seorang perempuan, perempuan cantik mana lagi yang menjatuhkan hatinya pada Pramudya. Lekas, Gautama melangkahkan kakinya menuju mereka berdua yang sedang terlibat obrolan, entah apa yang mereka bicarakan.

Sesampainya Gautama di belakang mereka, seketika membuat dua orang terkejut ketika melihat kedatangan Gautama.

"Selamat siang" ucapnya, ia sempat terkejut sejenak ketika melihat seseorang yang berada dihadapannya saat ini, Geya Nismara seorang gadis pemilik toko bunga.

"Auta, kamu sudah bangun?" Tanyanya pada Gautama seraya berdiri lalu sedikit bergeser dari tempat duduknya, mempersilahkan Gautama untuk duduk disampingnya.

"Sudah, sejak kapan kamu datang?"

"Sejak kamu terlelap tidur, apa tidurmu cukup nyenyak?"

"Tidak, akhir-akhir ini saya sulit untuk tertidur." Tuturnya pada gadis yang berada disampingnya

"Kalian berbicaralah, kakek akan masuk terlebih dahulu. Cuaca hari ini cukup bagus untuk menikmati teh dengan bermusik" ucapnya seraya berbisik pada Gautama diakhir kalimat.

Mendengar saran dari sang Kakek lantas Gautama beranjak mengikuti langkah kakeknya untuk mengambil beberapa barang yang ia butuhkan. "Sebentar"

Beberapa menit telah berlalu, Gautama yang tak kunjung kembali membuat Geya sedikit merasa bosan, lantas gadis itu beranjak untuk melihat-lihat tanaman bunga yang berada di sekitarnya, saat sedang melihat bunga-bunga dirinya dikejutkan dengan seseorang yang berada dibelakangnya

"Mara" panggil Gautama

"Iya" jawab Geya, saat dirinya membalikkan tubuhnya menghadap Gautama dia mengernyit dengan bingung, ketika melihat Gautama mebawa satu keranjang rotan entah apa isi di dalamnya dan gitar miliknya.

"Kemarilah, aku meminta bantuan mu sebentar" ucapnya seraya meletakkan keranjang rotan di hamparan rerumputan.

"Apa yang kamu lakukan?" Tanya Geya ketka melihat Gautama mengeluarkan beberapa benda seperti kain yang bermotif kotak-kotak berwarna coklat dan putih, lalu dibentangkan oleh Gautama, setelah membentangkan kain tersebut Gautama kembali mengeluarkan bunga Anyelir dengan vas bunga yang unik, beberapa cemilan seperti Pie buah, Lokum, beberapa buah, dua botol jus buah, dua ptong Ichigo Sando dengan satu paket Tea Set dan satu kota coklat Ferrero Rocher yang berbentuk love.

"Untuk apa semua ini Gau?" Tanya Geya seraya membantu Gautama menyusun semua itu.

Setelah selesai semuanya Geya mendudukkan dirinya di ikuti dengan Gautama, melihat dua cangkir teh yang tampak terlihat masih kosong, Geya berinisiatif menuangkan teh untuk dirinya dan Gautama.

"Untuk menikmati waktu luang kita" ucap Gautama seraya mulai memetikan senar gitarnya.

Dibawah pepohonan yang rindang, angin yang berhembus dengan tenang, mereka saling bertukar cerita dengan tawa yang menghiasi suasana mereka. Tanpa mereka sadari seseorang sedang melihat mereka dari arah kejauhan seraya menyunggingkan senyum.

"Mara, aku ada satu lagu untukmu mau mendengarkannya?" Tanya Gautama seraya menatap Geya yang berada disampingnya

"Iya" jawabnya seraya membalas tatapan Gautama.

"Kehadiranmu, dari Vagetoz"

Hadirlah dirimu
Berikan suasana baru
Kau mampu tenangkan aku
Disaat risau dalam hatiku

Lembutnya sikapmu
Meluluhkan hati ini
Terbuai aku terlena
Oleh dirimu oleh dirimu wo


Reff:
Jantung pun bergetar
Saat engkau ada didekatku
Mungkinkah diriku
Telah jatuh cinta pada dirimu wo
Sebisa diriku
Mencoba untuk melupakanmu
Namun ku tak bisa
Kau pun slalu ada dalam hatiku

Geya dibuat kagum, dengan permainan gitar dari Gautama terlebih lagi dengan suaranya yang terdengar sangat syahdu di pendengaran siapapun ia. Seraya menatap lekat Gautama, dia menyunggingkan senyum manisnya.

Bait-bait lirik lagu Gautama nyanyikan, menambah kesan suasana manis bagi kedua manusia itu. Semesta pun seakan mendukung apa yang tengah dua manusia itu lakukan, hingga semiliar angin yang ikut berhembus seakan mengikuti nyanyian lagu yang pria itu lakukan.

Gautama mengentikan nyanyiannya sejenak, seraya menatap lekat Geya yang saat ini sedang menatap dirinya. Melihat itu, Gautama kembali melanjutkan lirik terakhirnya

"Kau pun slalu ada dalam hatiku"

Tepukan dari Geya menyadarkan kembali Gautama yang masih saja menandingi gadis yang ada di hadapannya, setelah menyanyikan satu lagu Gautama mengambil cangkir teh yang telah tersedia, setelah selesai meminum tehnya Gautama kembali berucap seraya merebahkan dirinya dengan kepalanya yang berada dipangkuan Geya, dan membuat si empu terkejut seketika.

"Nyanyikanlah satu lagu darimu untukku" pinta Gautama pada Geya seraya memandang wajah Geya dari bawah,

"Manis" Pikir Gautama.

Seraya Geya menyanyikan lagu 'Luluh dari Khai Bahar,' Geya memberanikan dirinya untuk mengusap dengan lembut surai sang pria yang saat ini tengah terbaring di pangkuannya


Reff:
Aku tersungkur, menunduk, meraung
Dan tiada siapa bisa merasakan
Oh, sakitnya hati ini
Jika kau tak mampu memberiku senyum
Usah kau hadirkan dengan kedukaan
Oh, biarlah hidupku dengan caraku

Secara perlahan Gautama memejamkan matanya, menikmati suara lembut nan indah dari Geya dan usapan lembut dari tangan gadis itu pada surai Gautama dengan sapuan angin yang cukup menenangkan, mampu membuat Gautama tertidur. Entah sihir apa yang ada pada gadis itu hingga mampu membuat Gautama bisa menikmati tidurnya yang dari beberapa hari lalu mengalami 'Insomnia'

Setelah menyelesaikan satu lagu yang diminta oleh Gautama, Geya mengalihkan arah pandangnya pada Gautama yang tengah tertidur dengan pulas dipangkuan nya, Geya mengedarkan arah pandangnya pada sekitar, dirinya berharap pada siapapun dapat membantunya sa'at ini. Terlebih lagi posisinya benar-benar membuatnya tidak nyaman, dengan seiring degub jantungnya.


Novel Gautama Byakta.


















G a u t a m a B y a k t a


Belum ada Komentar untuk "Novel Gautama Byakta : 7. Denganmu "

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel