Novel Gautama Byakta : 5. Kencan?

Novel-Gautama-Byakta-5-Kencan




Sadarkah dirimu, ketika sesuatu hal yang dilakukan oleh seseorang itu tertuju untukmu. Nyanyian yang datang tulus dari hati, menggambarkan suatu perasaan yang bersemayam di hati.

Aku terlalu pecundang untuk mengatakannya.

Gautama Byakta

****


Suara lonceng yang berbunyi menandakan seseorang telah memasuki toko miliknya, gadis itu mengedarkan arah pandangnya pada seseorang yang baru saja memasuki area dalam tokonya. Terlihat seorang pria yang beberapa hari ini selalu terlibat denganya sejak insiden dia yang meminta tolong pada pria itu.

"Kamu sudah pulih Gau?" Tanya Geya pada Gautama yang sekarang berada tepat dihadapannya

"Tentu, karena itu saya berada dihadapanmu saat ini" balasnya seraya terkekeh, Gautama mengedarkan arah pandangnya. Hal itu cukup membuat Geya menerka-nerka apa yang sedang Gautama cari di dalam toko miliknya

"Ada yang ingin kamu cari?"

"Memiliki waktu luang?" Tanya Gautama yang tidak mengindahkan pertanyaan dari Geya

"Ada"

"Kalau begitu ayo sekarang, temani saya." Pinta Gautama, lekas Geya bergegas membereskan semua barang-barang toko miliknya di bantu dengan pria itu yang memasukkan beberapa bunga bunga ke dalam toko miliknya.
Setelah menyelesaikan semuanya, Geya dan Gautama berjalan dengan beriringan menikmati malam dengan segala keheningan yang ada, udara dingin menerpa mereka terlebih lagi Geya yang berkali-kali menyingkirkan anak rambutnya yang menutupi sebagian wajahnya sa'at terpaan angin yang berhembus kencang.

"Kita akan kemana Gau?" Tanya Geya pada Gautama, pasalnya mereka sudah terlalu jauh berjalan kaki tanpa arah dan tujuan yang pasti.

"Kafe yang berada di ujung jalan" ucap Gautama.

Setelah berjalan cukup lama pada akhirnya tujuan yang pria itu tuju adalah kafe classic yang menjadi favorit bagi kalangan anak muda, termasuk dirinya.

"Mau pesan apa?" Tanya Gautama pada Geya, ketika sang waiters datang menghampiri mereka.

"Secangkir kopi Mocha latte"

"Mocha latte satu dan kopi hitam satu." Ujar Gautama pada waiters yang sedang mencatat pesanan mereka.

Setelah kepergian sang waiters, keheningan kembali melingkupi Geya dan Gautama yang tengah menunggu pesanan mereka.

Terasa masih sangat lama pesan miliknya, Gautama memutuskan untuk beranjak menuju panggung live music yang berada dalam Kafe. Melihat hal itu Geya hanya membiarkan pria itu untuk melakukan hal yang di sukai sang pria.

Petikan senar gitar yang mengalunkan suara yang indah, membuat riuhnya kafe menjadi hening seketika. Dengan sigap dari beberapa pengunjung langsung mengarahkan kamera handphone milik mereka pada sosok pria di atas panggung dengan gitar dan tengah melakukan intro, sebelum sang pria akan membawakan lagu.

"Malam semua" sapa Gautama pada mereka semua

"Malam...." seru para pengunjung kafe secara bersama termasuk Geya yang tengah terfokus memandangi Gautama.

"Malam ini, saya bersama seorang gadis yang tengah memandangi saya saat ini" ucap Gautama, mendengarkan hal itu mereka mengedarkan arah pandangnya mencari-cari sosok gadis yang dimaksud oleh Gautama. Mendengar hal itu, Geya mengikuti arah pandangnya yang ikut mencari-cari sosok gadis itu meskipun dirinya mengetahui bahwa gadis yang dimaksud oleh Gautama adalah dirinya sendiri, hanya saja ia tidak ingin menjadi perhatian para pengunjung.

"Saya ingin mempersembahkan sebuah lagu untuknya, Separuhku dari Nano"

Petikan senar gitar mulai terdengar mengiringi nanyanyian dari sang pria.
Bait demi bait lirik pria itu nyanyikan dengan meresapi keindahan dalam lagu yang pria itu bawakan, hingga sebelum lagu itu sampai pada reff.

Pria itu kembali berucap. "Teruntuk kalian yang ingin ikut bernyanyi, saya persilahkan untuk ikut meramaikan suasana pada malam ini dengan nyanyian dari kalian"

Reff:
Hidupku tanpamu
Takkan pernah terisi sepenuhnya
Karena kau separuhku
Berbagi suka duka
Saling mengisi dan menyempurnakan
Karena kau separuhku

Sorak sorai gembira di iringi dengan tepukan tangan dari pengunjung kafe, mengakhiri lagu pertama yang Gautama nyanyikan

"Saya akan memilih seseorang siapapun dia untuk menemani saya bernyanyi diatas panggung." Ujar Gautama, seraya berjalan perlahan menuju arah Geya. Melihat Gautama yang semakin dekat langkahnya menuju dirinya, hal itu membuat Geya ingin sekali berlari keluar dari dalam Kafe.

"Untuk Kakanya silahkan ikut saya" ucap Gautama pada Geya,

Melihat respon dari Geya Gautama kembali berujar dengan nada pelan "Berpura-pura lah tidak saling mengenal."

Setelah mendengarkan perkataan Gautama, Ia pun menerima uluran tangan dari Gautama dan mengikuti langkahnya menaiki atas panggung.

"Karena malam ini spesial bagi saya, saya akan menyanyikan tiga lagu untuk kalian semua. Dan ini lagu yang ke-dua saya nyanyikan, Butterfly dari Melly Goeslaw."

Setelah mengatakan hal itu Gautama kembali memetik senar gitarnya, sebelum dirinya kembali bernyanyi dengan Geya yang ikut menyanyikan lagu Butterfly.

"Ketika waktu mendatangkan cinta
Aku putuskan memilih dirimu
Setitik rasa itu menetes
Dan semakin parah"
Suara Geya mengalun dengan indah, menciptakan suasana menjadi lebih syahdu ketika suara lembut dari perempuan itu terdengar. Decakan kagum dari beberapa pengunjung ketika Geya menyanyikan bait pertama dari lagu Butterfly itu.

Reff:
Butterfly terbanglah tinggi
Setinggi anganku untuk meraihmu
Memeluk batinmu yang sama kacau
Karena merindu

Butterfly fly away so high
As high as hopes I pray
To come and reach for you
Rescuing your soul
The precious messed up thoughts of me and you

Jalan ini jauh
Namun kita tempuh
Bagai bumi ini
Hanya milik berdua
Biar ku berlebihan
Mendekatimu namun ku tunggu

Kolaborasi antara Gautama dan Geya cukup membuat terpukau para pengunjung terlebih lagi, lagu yang dibawakan oleh mereka berdua adalah Butterfly, lagu yang menceritakan tentang sepasang kekasih saling mencintai dan berharap terus bersama selamanya. Semakin membuat syahdunya suasana, petikan senar gitar yang indah dengan suara Gautama dan Geya yang membuat siapapun mendengarkan mereka akan terpukau seketika.

"The precious messed up thoughts of me and you...."
Nyanyi mereka secara bersama

Setelah menyelesaikan lagu yang ke-dua, dengan Geya yang sudah kembali ketempat miliknya dan Gautama yang akan menyanyikan lagu terakhirnya.

Ketika Geya mengecek jam dipergelangan tangannya waktu sudah mulai larut malam. Gadis itu cemas, terlebih lagi dirinya tidak mengatakan apapun bahwa ia akan pulang larut malam.

"Dan ini, adalah lagu yang terakhir, saya ingin meminta kalian semua untuk ikut bernyanyi dengan saya. Saya boleh minta tolong? Untuk siapapun yang bisa bermain alat musik yang berada tepat di belakang saya untuk ikut menemani saya bernyanyi. Karena lagu yang menjadi penutup saya malam ini adalah 'Emang dasar dari Wali' untuk itu di persilahkan"

Ketika mendengar penuturan dari Gautama, ketiga pria beranjak berdiri dan berjalan menghampiri Gautama. Dan hal itu cukup membuat Gautama dan Geya sempat terkejut karena kehadiran mereka, Lambuyan, Caka dan Omka.

Meskipun dirinya sempat terkejut dengan kedatangan ketiga temannya, pria itu tetap harus bersikap profesional dan membawakan lagu yang ia sebutkan.

"Aku tahu kamu
Kamu seorang"
Ujar Gautama mengawali nyanyian

"(bajingan)" Seru para pengunjung bersama, terkecuali sang gadis tengah berdecak kesal setelah melihat beberapa pengunjung laki-laki menaikkan tubuhnya ke atas kursi,

"Aku tahu kamu
Kau banyak jurus andalan"
Nyanyi Gautama, suasana semakin seru ketika sang vokalis memberikan instruksi hitungan kepada para pengunjung.

"Tu, ua, ga, semuanya" ucap Gautama

Reff:
"(Satu pasangan, tak cukup)
(Dua simpanan, juga tak cukup)" Seru para pengunjung seakan lagu itu mewakili isi hati mereka sehingga dengan lepasnya mereka ikut bernyanyi.

"Emang dasar, ah, emang dasar
Eh, dasar kamu"

"(bajingan)
(Kamu mau apa lagi?)"

"Kamu mau yang gimana lagi?"

"(Ah, emang dasar, emang dasar)"

"Eh, dasar kamu"

"(bajingan)"
Satu kata itu seakan-akan mewakili kekesalan mereka. Terlebih lagi beberapa pengunjung yang ikut bernyanyi membuat gerakan lebih, menujuk kearah depan seakan yang ada di hadapan mereka adalah sumber kekesalan hati mereka.

Suasana semakin ramai ketika lagu 'Emang dasar dari Wali', Gautama dengan teman-temannya bawakan. Ada beberapa diantara mereka yang terlihat berdiri di atas kursi dengan tingkah mereka yang antusias ikut bernyanyi dan ikut meramaikan suasana

"Lagi" Seru Gautama semakin membuat para pengunjung antusias menikmati musik yang dibawakan oleh dirinya dan ketiga temannya, reff lagu pun benar-benar mewakili perasaan para pengunjung kafe, malam yang benar-benar ramai terlebih lagi band yang populer dikalangan mereka sedang tampil.

Lagi dan lagi sorak sorai gembira diiringi dengan tepukan tangan dari para pengunjung dan beberapa apresiasi dari mereka untuk ke-empat pria yang sudah membuat suasana ramai kafe.

Novel Gautama Byakta.













G a u t a m a B y a k t a


Belum ada Komentar untuk "Novel Gautama Byakta : 5. Kencan?"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel