Novel Gautama Byakta : 4. Carnation Follower


 

Dari aku sanga penikmat rindu, prosa yang aku ciptakan selalu tentangmu, tentang kebahagiaan diriku sa'at bersamamu. Semesta, jalan mana yang harus aku tuju untuk menemukan kebahagiaan diriku, setelah dihadapan kepergian yang terus-menerus menimpaku

Gautama Byakta

****


Malam berlalu meninggalkan sepi dan keheningan yang ada, melingkupi kehidupan seorang pria yang masih mencari jalan kehidupannya.

Di salah satu sudut toko berbagai jenis bunga, terlihat seorang gadis yang sedang merajut syal berwarna coklat muda, dinginnya malam tak sedikitpun mengusik dirinya yang tengah terfokuskan merajut syal, gulungan benang Kasmir miliknya semakin menipis, menandakan bahwa benang tersebut akan habis seiring rajutan yang dilakukan oleh gadis itu. Beberapa menit berlalu, suara lonceng yang berada di atas pintu masuk tokonya berbunyi, mengalihkan atensi gadis itu pada seseorang yang masuk kedalam toko miliknya.

"Ada yang bisa saya bantu?" Tanya Gautama seraya tersenyum menatap ke arah Geya, mendengar ucapan itu Geya beranjak dari duduknya lalu berjalan menuju arah Gautama berdiri, sa'at berada dihadapannya Geya berucap yang membuat Gautama tertawa ketika mendengar ucapannya

"Biasanya saya yang meminta bantuan. Ini, kamu sendiri yang menawarkan, untuk itu rapihkan semua tempat-tempat bunga itu." Ucap Geya, seraya berkacak pinggang

"Berani bayar berapa?" Tanyanya lagi pada Geya seraya menaiki turunkan alisnya

"Setangkai bunga tulip putih"

"Oke, deal"

Setelah mendengarkan hal itu, Gautama bergegas merapihkan dan menyusun kembali tempat-tempat bunga yang terlihat berantakan, hingga satu jam lamanya Gautama telah menyelesaikan semua perintah yang di katakan oleh Geya, ketika dirinya membalikkan tubuhnya menghadap Geya, Gitar yang berada tepat di samping Geya yang tengah merajut syal cukup menarik perhatiannya.

"Milik siapa?" Tanya Gautama seraya mendudukkan dirinya tepat disamping Geya, dengan dirinya memainkan gitar entah siapa pemiliknya, petikan senar gitar yang mengalunkan suara yang begitu tenang terdengar, satu lagu yang Gautama nyanyikan yang berjudul 'Tentang Rindu, dari Virzha' mampu membuat Geya menghentikan kegiatan merajutnya, seraya menatap lekat ke arah Gautama yang tengah bernyanyi dengan diiringi suara gitar yang dimainkan olehnya.

Pagi telah pergi
Mentari tak bersinar lagi
Ntah sampai kapan kumengingat
Tentang dirimu

Suara indah dari Gautama, membuat Geya tertarik dan berakhir dirinya ikut menyanyikan lagu bersama Gautama, dengan diiringi Alunan suara gitar yang tengah dimainkan oleh Gautama.


Reff:
Kuhanya diam
Menggenggam menahan
Sgala kerinduan
Memanggil namamu
Disetiap malam
Ingin engkau datang dan hadir
Dimimpiku rindu

Dan waktu kan menjawab
Pertemuan ku dan dirimu
Hingga sampai kini aku masih ada disini


Reff:
Kuhanya diam
Menggenggam menahan
Sgala kerinduan
Memanggil namamu
Disetiap malam
Ingin engkau datang dan hadir
Dimimpiku rindu

Dan bayangmu akan slalu bersandar dihatiku
Janjiku pastikan pulang bersamamu

Kuhanya diam
Menggenggam menahan
Sgala kerinduan
Memanggil namamu
Disetiap malam
Ingin engkau datang dan hadir
Dimimpiku

Kuhanya diam
Menggenggam menahan
Sgala kerinduan
Memanggil namamu
Disetiap malam
Ingin engkau datang dan hadir
Dimimpiku
Slalu dimimpiku
Rindu


Setelah petikan senar gitar terakhir, Gautama mengalihkan arah pandangannya menatap lekat ke arah Geya, seraya berkata

"Suaramu indah" ucapnya seraya tersenyum,

"Lebih indah lagi suaramu" ucapnya membalas pujian yang diberikan Gautama pada dirinya.

Dua atma yang saling memandang satu sama lain, mengartikan sesuatu dari sorot mata masing-masing. Hingga suara kilatan petir mengejutkan mereka yang tengah bertukar pandangan

Jgeeer

"Ekhmm"

"Hujan" ujar Geya seraya bangkit dari duduknya dan berjalan menuju pintu kaca yang menghubungkan dengan pemandangan dari luar. Melihat Geya yang masih memandangi hujan, Gautama beranjak menyusul Geya. Setelah berada disamping Geya, Gautama mengikuti arah pandangan gadis itu yang tengah memandangi derasnya air hujan dengan senyuman manis yang terpatri di wajahnya.

"Mau bermain hujan?" Tanya Gautama pada Geya,

Mendengar ucapan Gautama Geya menodongkan kepalanya menatap pria itu seraya berkata "Iya"

Setelah mengatakan hal itu, Gautama menarik pergelangan tangan Geya berjalan menuju pintu utama. Setelah menginjakan kaki mereka di luar, tanpa bisa di cegah derasnya air hujan langsung membasahi mereka yang sedang bermain dengan hujan seraya menari-nari dengan tawa yang bahagia selayaknya anak kecil. Siapapun mereka, yang melihat Gautama dan Geya pasti akan berfikir bahwa mereka berdua sudah gila, merelakan tubuhnya dibasahi oleh derasnya air hujan tanpa memikirkan konsekuensinya setelah bermain hujan.


****


Sudah satu minggu berlalu, Gautama belum bertemu kembali dengan Geya. Entah apa yang dilakukan gadis itu dirinya pun tidak mengetahuinya. Setelah dirinya ikut bermain hujan dengan Geya, sepulang dari tempat Geya, suhu tubuhnya meningkat drastis hingga dirinya terpaksa harus dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan intensif.

"Auta, kamu melupakan bahwa hujan bisa membuatmu sakit? Meskipun hanya tetesan gerimis saja mengenai tubuhmu" Ucap Parmudya pada cucunya yang sa'at ini terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Parmudya tidak tau, apa yang telah dilakukan cucunya itu hingga dirinya mendapatkan berita bahwa cucunya di larikan ke rumah sakit, karena demamnya yang cukup tinggi.

"Bermain hujan bersama seorang gadis dengan menari-nari dibawah derasnya air hujan." Timpal Caka pada Pramudya yang mendapatkan tatapan menggoda darinya pada Gautama.

Melihat tatapan kakeknya pada dirinya, pria itu hanya bisa berdecak dengan kesal, terlebih lagi temannya itu yang menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi

"Namanya Geya Nismara" Tutur Lambuyan, yang mendapatkan tatapan tajam dari Gautama

"Pemilik toko bunga Gera Flower" timpal Omka, lalu diakhiri dengan tawa darinya setelah melihat reaksi Gautama

"Sudah ada kekasih hati kamu?" Tanya Pramudya pada cucunya, baru sa'at ini dia mengetahui cucunya yang mendekati seorang gadis, biasanya para gadis yang mendekati dirinya. Justru ini, dia yang mendekati seorang gadis.

Suara gelak tawa dari dalam ruangan setelah menjaili Gautama yang sedang terbaring dengan lemah, adalah suatu kebahagiaan yang tiada tara dan tidak mendapatkan balasan telak darinya yang kerap kali terjadi.

Ketukan suara pintu mengentikan tawa mereka semua, seraya bangkit dari duduknya Pramudya berjalan dengan pelan melangkahkan kakinya menuju pintu kamar rumah sakit, setelah membukanya terlihat seorang yang tampak memegang buket bunga Anyelir yang berwarna pink muda.

"Permisi pak, dengan pak Gautama?"

"Iya, saya Kakeknya." Ucap Pramudya

"Ini, saya membawakan bunga yang dikirimkan untuk pak Gautama dari seseorang." Ucap pria tersebut, seraya menyerahkan buket bunga pada Parmudya. Setelah menyelesaikan tugasnya pria tersebut pamit undur diri, tertera sticker dari si pembuat buket tersebut. Setelah masuk kembali kedalam ruangan, dirinya berjalan seraya membawa buket bunga lalu menyerahkan buket tersebut pada Gautama, seraya berkata, "Lekas membaik, Gautama Byakta." Ujar Parmudya di iringi dengan tawanya yang mengejek sang cucu.

"Dari siapa itu?" Tanya Lambuyan penasaran

"Dari Gera Flower, kekasih hatinya." Jawab Pramudya, yang membuat suasana yang sempat hening kini ramai kembali oleh candaan-candaan yang diberikan mereka pada Gautama.

Entah apa maksud dan tujuan tersembunyi dari Geya, dirinya tidak habis fikir akan mendapatkan kembali bunga dari Geya terlebih lagi bunga yang diberikan padanya selalu berwarna pink muda. Hanya semesta yang mengetahui, arti dari semua yang terjadi ini.


Novel Gautama Byakta.












G a u t a m a B y a k t a


Belum ada Komentar untuk "Novel Gautama Byakta : 4. Carnation Follower "

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel